Sejerit Sakit


Oleh : Mulkan Fauzi
Barangkali, engkau yang pernah membaca buku ust. Salim A. Fillah Lapis-Lapis Keberkahan tidak menemukan tajuk Sejerit Sakit di sela-sela halamannya, seteliti apapun kau mengeja setiap aksaranya. Di sana hanya ada Seayat Ilmu, Setitis Rizqi, Segerak Amal, dan Seisi Bumi. Bagaimana pun ini adalah tajuk yang saya buat sendiri, berasal dari pengalaman sakit selama seminggu ke belakang. Inilah lapis berkah yang ter-eja dari sejerit rasa sakit.
Semua manusia diciptakan dengan dua aset yang juga berperan ganda menjadi sebuah cobaan, yakni waktu luang dan kesehatan. Bila dua hal tersebut terkelola dengan baik maka keduanya akan menjadi berkah; aset yang memberikan benefit pada pemiliknya.
Berkebalikan dari dua hal di atas, yakni waktu sempit dan sakit. Adalah hal lazim yang dialami oleh manusia, tapi itu bukanlah suatu cara Allah untuk mematahkan semangat kita menyelsaikan tugas hidup. Sebab, dalam setiap detik ada dzikir yang mesti terucap, dalam setiap detak ada nikmat yang mesti disyukuri. Maka sakit merupakan sebuah panggilan agar kita lebih mendekatkan pada Aspirinpaling ampuh, Allah Maha Penyembuh.
Sudah patut bagi kita untuk percaya sepenuhnya pada Allah dan risalah yang dibawa Nabi shalallaahu ‘alayhi wasallaam juga Nabi-Nabi sebelumnya, setidaknya yang masih relevan dengan zaman kita.
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit, ” sabda Nabi saw. dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, “kecuali Ia turunkan juga penawarnya.”
Ada sebuah cerita, ini tentang seorang yang sakit gigi. Dikabarkan ia adalah orang yang taat pada Rabb-nya, maka ketika sakit itu hinggap pada dirinya pelarian pertama bukanlah seorang dokter, tapi Allah. Ia berdoa, “Ya Allah, engkaulah penciptaku, engkaulah pemeliharaku, engkau yang menghidupkan dan mematikanku, engkau pula yang memberiku sakit dan mengobatiku, jika kau perkenankanku sembuh maka aku akan sangat menerima dengan sepenuh syukur.” Sederhana do’anya, ia tidak berdo’a seperti orang yang menyuruh, “Sembuhkan!” tidak.
Malam harinya, ia bermimpi ada seseorang yang memberinya sebuah rumput dan berkata, “Ini rumput bisa menyembuhkanmu. Makanlah!” Terbangunlah ia, lekas mencari rumput yang ada di proyeksi mimpinya semalam. Setelah menemukan tak panjang pikir ia langsung memakan dan ajaib, ia sembuh seketika. Bersyukurlah ia pada Allah.
Waktu ke depan adalah singkat, berapa tahun pun itu. Dan hari ini, ia kembali merasakan sakit luar biasa di giginya. Oleh sebab ia tahu obat mujarabnya, yaitu rumput ajaib yang dahulu pernah ia makan, maka ia langsung mencari rumput itu. Tapi aneh, setelah ia memakannya sakit di giginya tak langsung sembuh. Maka ia pun berdo’a kepada Allah, “Ya Rabb, hari ini aku mendapatkan cobaan lagi dari Engkau, seperti dahulu kau ilhamkan padaku lewat mimpi, aku makan rumput yang seketika menyembuhkanku, tapi hari ini tidak. Beri petunjuk kepadaku.”
Malam harinya ia bermimpi, seseorang yang dahulu kembali untuk memberitahunya. Ia berkata, “Sungguh engkau telah memprioritaskan obat daripada Sang Penyembuh, kau cari rumput itu terlebih dahulu daripada mencari Yang Menciptakan Rumput.” lalu orang itu pergi.
Mari bercermin sejenak pada kisah ini, bahwa bukan obat yang menyembuhkan kita, tapi Allah. Obat hanya wasilah. Keyakinan kita pada Allah yang menyembuhkan lebih dari sekadar obat mujarab; lebih dari sekadar obat yang menyembuhkan penyakit, melainkan juga menjadi bumbu-bumbu kemesraan kita pada Allah. Seperti do’a sang khalilurrahman, Ibrahim as.
“Yaitu Rabb yang telah menciptakanku, maka Dia memberiku petunjuk. Dan Dialah yang memberiku makan dan memberiku minum. Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkanku. Dan yang akan mematikanku kemudian menghidupkanku kembali. Dan yang amat kuinginkan untuk mengampuni kesalahanku pada Hari Pembalasan.” (QS. Asy-Syu’araa’: 78-82)
Puncak dari kesemuanya bukanlah kesembuhan yang kita harapkan, tetapi keridhaan dari Allah.
Dalam sejerit sakit ada berkah, agar kita senantiasa memesrakan hidup kita pada sang penggenggam hati dan kesehatan; pada Sang Pemelihara hidup kita. Dialah yang menyelipkan pelajaran dalam setiap sakit. Dari-Nya semua bermula, pada-Nya semua kan kembali.
Previous
Next Post »