Sejarah Cinta Kita


Perkenalkan, nama Saya Al-Kahfi. Saya seorang pemendam rasa; takut, rindu, terutama cinta. Hari ini umurku telah menginjak kepala dua; dua puluh empat tahun tepatnya. Sampai sekarang, saya masih menyimpan rapat-rapat kuncup cinta yang sedari masa-masa sekolah dahulu tak sengaja mekar. Dinda, sebut saja perempuan itu dengan Dinda. Sejak pertama menatapnya tak pernah sedikitpun terpikir rasa cinta akan rimbun seperti ini.
Hari itu. Kelas sepuluh SMA. Siang hari. Awan sedang merajuk pada mentari yang enggan membalas salamnya. Desiran angin tampak tergesa-gesa mengantarkan anak-anak debu menuju induknya. Sementara saya, masih curi-curi pandang untuk sekedar melihat punggung perempuan berhijab itu; bidadari ber-ransel jingga.
Saya tak pernah beranjak dari sekolah dan pulang sebelum dia pulang. Sesekali kurayu teman untuk sekadar memintanya menemani menguntit perempuan itu hingga ia benar-benar membuka pintu rumahnya. Merasa lega karena ia sudah sampai, lalu saya pulang.
Setiap hari saya lakukan ‘ekspedisi’ ini dan hampir setiap hari pula saya menulis serpihan-serpihan kisahnya pada satu buku kecil bersampul batik. Berharap suatu saat dapat membaca bersamanya, atau diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul: Sejarah Cinta Kita.
Ah, rasa ini membuatku mendadak dekat dengan Tuhanku. Setiap hari berdiri malam-malam, tersungkur sujud dalam-dalam, kurapalkan doa-doa pengharapan agar Tuhan perkenankan kami bertemu di suatu ‘tempat’ dan merayakan cinta bersama-sama. Tak jarang kucandai Tuhan agar Dia perkenankanku untuk menjadi pacarnya karena rasa ini tak terbendung lagi jika harus lama-lama kusimpan, lalu Tuhan pun ‘menertawakan’ dan mengirimku surat, “Janganlah kamu mendekati zina”.
Awalnya saya tak mengerti, namun memang Tuhan itu Maha Baik. Ia perintahkan ilmu-ilmuNya bertamu ke rumahku. Ternyata zina itu banyak macamnya; zina mata adalah memandang, zina telinga adalah mendengar, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah melangkah, zina hati adalah ingin dan angan-angan. Zina juga sama dengan membunuh, sebab ayat yang menyatakan jangan mendekatinya ternyata diapit oleh dua ayat pembunuhan. Alasan lainnya adalah karena ketika peristiwa puncak dari zina adalah menumpahkan cairan asal kehidupan bukan pada tempatnya. Seram.
Sejak saat itu saya bertekad menyimpan rasa ini rapat-rapat. Biar Tuhan saja yang tahu.
Konyol, jika kini Saya ingat masa-masa itu. Kelas sepuluh sudah bermain-main dengan cinta. Betapa terusnya setiap malam terpanjat doa-doa agar dia menjadi milikku saja. Konyol. Betapa seringnya saya menguntit tapi tak pernah sekalipun bertegur sapa. Konyol.
Alasan kenapa saya tertarik padanya adalah tidak ada. Saya tertarik padanya tanpa alasan. Mungkin ini pertanda dari Tuhan bahwa dialah, dialah pada akhirnya yang akan mengisi ruang kosong di bilik hati ini, melengkapi sela-sela jari ini, menemani setiap suka-senang, lapang-sempit, jatuh-bangunnya diri ini.
***
Oh, ya. Ini pas kelulusan.
Setiap kami berpisah; ada yang merantau, ada yang tetap tinggal di Kota. Ada yang bekerja, ada yang melanjutkan pendidikan. Saya adalah salah satu yang tak merantau, dan melanjutkan pendidikan –juga berdagang.
Perempuan itu merantau dan melanjutkan pendidikan. Rasa cinta ini masih Saya genggam keras-keras, meskipun terkadang sakit dan pegal hingga sesekali tergoda untuk membukanya. Bukan untuk dilepaskan, tetapi untuk dibingkai dengan hiasan-hiasan.
Setahun, dua tahun, tiga tahun. Saat itu kini tiba. Rasa yang dulu kupendam menyeruak, ketika hari ini kutemukan sebuah surat tergeletak di atas meja rumah. Tertulis “Dinda & Pria adamannya”
Remuk. Betapa hancurnya hati ini. Oh, Tuhan telah membalas doaku, kini kami merayakan cinta berasama-sama di satu tempat; Saya jadi tamu undangan, dia dan laki-laki idamannya di pelaminan.
Sekarang saatnya meluruskan niat perbaikan.
—————————————————————-
Pelajaran yang dapat diambil:
1. Jangan dekati zina dengan pacaran.
2. Jangan terlalu berharap jika tak ingin kecewa. Bayangan saja tinggalkanmu ketika tak ada cahaya.
3. Surga yang tak dirindukan itu… memperbaiki diri karena Allah bukan karena jodoh.
4. Jangan bersedih ketika ditinggalkan seseorang yang kau cintai karena ibadah; nikah. :p

Tasikmalaya
8/1/2014 (revisi hari ini)

Sumber : jejakpendosa.wordpress.com

Previous
Next Post »