https://www.flickr.com/photos/91743138@N03/8341570979 |
Duhai sahabatku yang sedang berikhtiar untuk mendapatkan pasangan. Izinkan aku berbagi TUJUH nasehat kepada kalian:
Ketika kalian sudah berkomunikasi dalam bingkai taaruf yang dibenarkan, kemudian merasakan jatuh cinta dan ingin melangkah ke gerbang mulia di mahligai pernikahan. Tetapi dalam komunikasi kalian menemukan “si dia” memiliki sifat, suka membantah, dan merasa dirinya selalu LEBIH, lebih benar, lebih hebat, lebih pintar, lebih cerdas, lebih cantik, lebih ganteng, dan berbagai lebih-lebih lainnya. Sebaiknya sebelum anda memutuskan untuk tetap menikah, lakukan dulu (7) tindakan berikut ini:
(1) Tetaplah bersabar dan teruslah melakukan komunikasi dengan hikmah, barangkali “si dia” dihadirkan sebagai bagian dari tugas anda untuk mendakwahinya.
.
.
(2) Jika tetap sifatnya tidak berubah, “si dia” tetap merasa lebih, tetap merasa senantiasa benar, tetap membantah, bahkan pada hal-hal yang jelas kebenarannya pun “si dia” selalu protes, jangan pernah putuskan silahturahim, lakukan komunikasi dakwah dengan hikmah, tetapi mulailah anda berpikir, apakah “si dia” merupakan ladang dakwah sebagai pasangan yang akan anda nikahi, ataukah anda tempatkan sebagai sahabat yang harus terjaga secara syar’i.
.
.
(3) Berusahalah mempelajari tulisan-tulisannya di media sosial. Perhatikan dengan seksama karakter tulisannya. Biasanya orang yang suka membicarakan “sesuatu” sedikitnya banyaknya menampilkan, itulah isi dirinya. Kalau selalu saja membicarakan yang tidak bermanfaat, ada kemungkinan orang tersebut dalam kehidupannya suka seperti apa yang ia katakan.
.
(4) Cari informasi juga tentang pergaulan dengan lingkungannya, dengan teman-temannya, di tempat kerjanya dan lain-lain. Apakah sifat suka protes, suka merasa LEBIH dan merasa dirinyalah yang benar, memang sudah menjadi kebiasaannya. Jika anda mendapatkan informasi akurat “ia”. Maka tanyakan kepada diri anda, apakah anda siap hidup tersiksa dengan orang seperti ini, ataukah sebaiknya “si dia” lebih cocok anda jadikan sahabat dan saudara saja. Ingat! hubungan suami istri, bukanlah hubungan kontrak dengan jangka waktu tertentu, tetapi hubungan lahir bathin selamanya.
Kontribusi oleh @ummuzahrani
EmoticonEmoticon