Beberapa pertanyaan masuk
bertanya tentang cara bagaimana cara agar semangat Muraja’ah Hafalan. Muraja’ah
memang kadang jadi hal yang membingungkan, apalagi jika hafalan sudah cukup
banyak atau ‘merasa’ sudah cukup banyak. Saya coba tuliskan disini agar bisa
disimpan atau dibuka kembali juga untuk pengingat diri sendiri. Walaupun tidak
sesuper motivasi om Mario Teguh, semoga ada sedikit pelajaran yang bisa diambil
dari sini.
1. Jadikan muraja’ah sebagai cara
kita bersyukur pada Allah atas ayat-ayat yang telah Allah izinkan kita
menjaganya, atas petikan-petikan surat cintaNya yang telah Allah tanamkan di
hati kita. Karena Al-Qur’an adalah amanah, kita harus jaga kepercayaan yang
telah Allah beri untuk kita. Dan salah satunya adalah dengan disiplin
muraja’ah.
2. Karakter Al-Qur’an itu unik,
semakin dibaca semakin rindu, semakin dijaga semakin syahdu. Al-Qur’an juga
merupakan salah satu dzikir terindah. Saat kita melantunkannya, teringat dengan
ayat-ayat yang kita baca, tiba-tiba tanpa sadar hati tersentuh dan mata
menangis karena apa yang sedang kita baca saat itu seringkali mengingatkan
kesalahan dan kekhilafan kita, menghibur kita, menguatkan kita, seakan Allah
sedang berbicara pada kita. Adakah yang lebih indah selain membasahi lisan kita
dengan Al-Qur’an kapanpun dan dimanapun kita menginginkannya?
3. Para ulama hafidzh Al-Qur’an
biasa mengkhatamkan Al-Qur’annya setiap seminggu sekali. Membaginya menjadi
wirid harian surat-surat yang harus dibaca setiap harinya. Istilah bekennya
namanya Famy bisyauqin yang jika diterjemahkan menjadi Lisanku selalu dalam kerinduan.
Kira-kira pembagiannya seperti ini
Hari pertama (Fa atau F) dimulai
dari surat Al-Fatihah hingga akhir surat An-Nisa
Hari kedua (Mim atau M) dari
surat Al-Maidah hingga akhir surat At-Taubah
Hari ketiga (Ya’ atau Y) dari
surat Yunus hingga akhir surat An-Nahl
Hari keempat (Ba atau B, Bani
Israil) dari surat Al-Isra hingga akhir surat Al-Furqon
Hari kelima (Syin atau Sy) dari
surat Asy Syu’ara hingga akhir surat Yasin
Hari keenam (Wawu atau Wa,
Washshaffaat)Ash-Saffatt hingga akhir surat
Al-Hujurat
Hari ketujuh (Qaf atau Q) dari
surat Qaaff hingga akhir surat An-Naas
Nah kita bisa juga membagi jumlah
hafalan kita saat ini untuk kita khatamkan dalam seminggu sekali sembari
belajar membiasakan diri hingga akhirnya Allah beri kita izin untuk menjaga 30
juz.
4. Muraja’ah jadi sarana untuk
membuktikan ke Allah bahwa kita memang bisa dipercaya untuk hafalan yang telah
diberikan pada kita. Apakah dengan muraja’ah yang tak terjaga dengan jumlah
hafalan saat ini kita pantas untuk menerima hafalan berikutnya?
5. Suka atau tidak suka, senang
hati atau terpaksa, mau tidak mau kita harus betul-betul disiplin dalam
muraja’ah karena hafalan dan interaksi dengan Al-Qur’an yang tidak terjaga akan
berpengaruh pada suasana hati, bakal gampang bingung dan galau. Hakikatnya hati
yang benar-benar hidup tak akan bisa jauh dari Al-Qur’an.
6. Menghafal Qur’an itu rasanya
seperti sedang berjihad, insyaAllah nanti saya coba tulis tentang ini. Dan
jangan sampai hafalan yang sudah kita jaga dengan susah payah dengan mudahnya
dicuri syaitan hanya karena kita kalah dengan nafsu dan rasa malas. Pertahankan
hafalan kita dengan rajin muraja’ah. Dan Al-Qur’an adalah senjata menghadapi
godaan-godaan itu. Saat kita lengah dari senjata kita, maka musuh akan dengan
mudah menguasai dan menghinakan kita. Malas untuk muraja’ah bisa jadi salah
satu godaannya. Agar hati kita tidak terjaga dengan Al-Qur’an sehingga dia
lebih mudah masuk menyerang.
Syaitan itu menunggui hati
manusia. Apabila ia lalai dan lupa, maka syaitan mengganggunya. Lalu jika ia
ingat (dzikir) kepada Allah, maka syaitan pun lari darinya. (Ibnu Abbas r.a)
Muraja’ah, sarana menjaga hati
untuk senantiasa berdzikir dan ingat kepada Allah dengan Al-Qur’an.
©Quraners
Surabaya, 19 November 2015
EmoticonEmoticon