Cinta dan Kehilangan


Rasa cinta selalu diiringi rasa ingin memiliki. Setiap hati yang jatuh cinta, ingin saling memiliki satu sama lainnya. Namun, bagaimana jika takdir berkata lain? Apakah cinta harus tetap memiliki?
Untuk mereka yang telah berusaha dan menempuh cara yang halal, maka cinta sejati hakikatnya adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu maka semakin tulus melepaskan. Sama seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan suka-cita.
Pastinya hati protes, bagaimana mungkin cinta sejati harus dilepaskan?
Tapi, inilah rumus terbalik yang tak pernah dipahami para pecinta. Mereka tak pernah mau memahami penjelasannya. Mereka terlalu takut untuk mendengarkannya.
Lepaskan wahai hati, maka jika besok lusa dia cinta sejatimu, dia pasti kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang akan mempertemukan sepasang jodoh. Jika dia tidak kembali, maka sederhana sekali jawabannya. Dia bukan cinta sejati.
Ingatlah, kisah-kisah cinta dalam buku, dongeng-dongeng cinta, atau novel-novel cinta, semua ada pengarangnya. Tapi kisah cintamu, siapa yang menuliskan? Jika yakin Allah-lah yang menuliskan, maka percayalah apa yang tertulis adalah yang terbaik.
Dengan meyakini itu, maka tak mengapa hati kecewa dan mata menangis, tapi jangan berlebihan. Jangan pula rusaki diri. Selalu pahami cinta yang baik akan menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama.
Jika harapan memiliki belum terwujud, belum tergapai, maka terus perbaiki diri dan sibuklah belajar. Suatu saat jika waktunya tiba, Allah akan kirimkan jodoh yang terbaik. Andai bukan dengan yang pernah kau relakan, tentu dengan dia yang lebih baik dan pantas untukmu.
Jakarta, 1437 H || Sen @SenyumSyukur
tulisan ini dikutip dengan beberapa penyesuaian dari novel “Rindu” Tere Liye.
Previous
Next Post »