Ceritakan pada Allah walaupun setitik air mata


Jika kamu sedang sedih, apapun sebabnya, tentu tak ingin kamu simpan sendiri. Orang yang paling kamu cari adalah yang paling dekat denganmu. Kenapa? Karena yang terdekat adalah yang terfaham terhadap dirimu. Kamu berharap ia memberimu udzur atas kesedihanmu. Orang asing tak memahami. Tapi apa kamu yakin, bahwa orang terdekatmu itu selalu faham 100% maksudmu?
Ternyata tidak selalu. Begitulah manusia. Iya, begitu manusia. Tidak semua hal terfahami oleh manusia. Kadang hal mudah sulit difahami. Kadang hal sulit mudah difahami.
Jika kamu tahu bahwa manusia begitu, maka kemana kamu pergi? Kepada Allaah Al-Aliim al-khabiir kamu kembali. Kembalikan pada-Nya. Ceritakan itu pada Allaah. Jika itu karena salahmu, akuilah itu salahmu. Jikapun kamu tak mau mengaku, kamu tahu Allaah tahu segala detail salahmu. Tiada lagi celah menghindar. Jika itu bukan salahmu, maka ceritakan pada Allaah.
Bahkan ceritakan pada Allaah meski kamu tak punya lagi kata yang tersisa. Mungkin karena terlalu sedih atau memalukan. Mungkin memang kamu tak pandai merangkai kata-kata. Allaah Ta’ala senang dengan taubat hamba-Nya, padahal yang dilakukan hamba bukan cerita, bukan berkisah, bukan bertutur kata, melainkan menangis, menangis semata. Melainkan menumpahkan kejujuran kata lewat air mata. Tumpah semua. Di depan Rabbnya bersimpuh. Mengakui itu semua.
Ceritakan pada Allaah meski yang bisa kamu berikan hanyalah air mata. Kadang, tetesan air mata lebih punya makna dibandingkan sekedar kata. Ceritakan pada Allaah meski baru bisa setitik air mata. (Hasan Al–Jaizy)
Sumber: (Islam.istiqomah)
Oleh: Mutiara Risalah Islam
.
Kontribusi oleh @alifiazuanitar_

Previous
Next Post »