Gila bola! Begitu setiap memasuki musim piala dunia. Even empat tahunan ini memang mampu menyedot publik dunia, menembus batas waktu dan tempat. Menggelinding memasuki setiap sudut ruang. Tak heran, tradisi nonton bareng menjadi trend yang berkembang, berbagai pestapun di gelar di mana-mana.
Menembus batas! Gila bola mampu menyentak kehidupan, tidak mengenal batas usia, pangkat dan status sosial. Bahkan tidak mengenal asal usul, suku dan warna kulit. Lebih gila lagitidak mengenal baik dan buruk. Baik dan buruk menjadi kontrak sosial yang berlaku saat berlangsungnya event tersebut. Tak heran, seruan adzan Shubuh bagi seorang muslim tak mampu membangkitkan dari depan TV. Matapun tak mampu melepaskan dari kotak persegi tersebut. Sungguh tragis dan ironis!
Tragedi Gaza! Disudut lain, kekejian Israel mampu terlupakan. Gaza kembali merana. Blokade tetap berjalan. Kecaman dunia atas penyerangan kapal kemanusiaan Mavi Marmara tidak menyurutkan aksi genocide yang dilakukan Israel atas penduduk Gaza. Obama masih dapat memahami apa yang dilakukan Israel tersebut. Israelpun tetap kokoh menentang dunia. Tak ada bahasa lain, kecuali perang!.
Perdamaian! Dibagian lain, tokoh-tokoh Islam masih berharap belas kasihan Amerika dan Israel. Harapan untuk duduk dalam meja perundingan. Mengakhiri konflik dengan hidup berdampingan. Melupakan kisah panjang peperangan. Mengubur dalam luka dan ribuan korban rakyat Palestina. Konflik harus segera di akhiri!. Begitu seruan yang sering terlontar dari pemimpin-pemimpin Islam. Sementara tank-tank dan roket bertebaran menghanguskan Gaza. Rakyat Palestina harus mengencangkan perutnya, karena minimnya bahan kebutuhan. Bau anyir darah dan kematian menghinggapu setiap saat, tanpa tahu kapan akan berakhir. Anak-anak menangis, menjerit karena kelaparan.
Ironi dunia beradap! Dunia beradab sedang menata cerita. mencincang anak-anak Palestina. Menata bangkai-bangkai rakyat Iraq. Menggali kubur penduduk Afghanistan. Mengais sampah-sampah rakyat Somalia.
Tragis! Kita hanya menonton. Menganggukkan kepala. mengikuti irama dunia beradab. Kita hanya berteriak dengan mengiba dan memohon. Kita hanya mengutuk dan mengecam. Kita hanya menghitung jumlah korban di Palestina, Iraq dan Afghan. Sementara tank-tank masih menggilas mereka. Bombardir terus berlangsung. Roket terus diluncurkan. Padahal, bahasa mereka perang, sementara bahasa kita adalah mengiba damai. Ironis dan tragis!. Seperti bola, terus menggelinding, menggilas dan menerkam Palestina, Iraq, Afghan, dan . . . berikutnya bisa jadi Anda! (khoir).
*Dikutip dari majalah An-Najah Edisi_58/Rajab 1431 H/Juli 2010 M


EmoticonEmoticon